PEMBACAAN
SHALAWAT KEPADA KELUARGA NABI SAW
Tuduhan:
“Allahumma
shalli ‘ala Muhammad wa aali (=keluarga Ali).”
Orang Syiah mengucapkan shalawat
kepada Rasulullah saw dan Ali bin Abi Thalib sekaligus seperti terliat dalam
shalawat mereka.
Jawaban
Kata “aali” dalam shalawat itu tidak menunjuk pada Ali
atau keluarga Ali. Semua yang mengerti bahasa Arab akan segera mengerti bahwa
“aali” (dengan huruf alif, artinya keluarga) bukanlah ‘Ali (dengan ‘ain yang
merujuk pada Ali bin Abi Thalib). Kami selalu menambahkan shalawat kepada Nabi
dengan shalawat kepada keluarganya.
Dalam Hadis
Al-Bukhari meriwayatkannya dalam Shahih-nya
juz 3 dan Muslim dalam shahih-nya juz 1. Allamah al Qanduzi dalam
Yanabi’ al-Mawaddah, hal 227 menukil dari al Bukhari, Ibn Hajar dalam al
Shawa’iq al-Muhriqah pada bab 11, pasal pertama ayat kedua. Mereka semua
meriwayatkannya dari Ka’ab bin ‘Ajarah: Ketika ayat ini turun (QS. 33: 6), kami
bertanya kepada Nabi saw, “Wahai Rasulullah, kami tahu bagaimana mengucapkan
salam kepadamu. Tetapi bagaimana kamu mengucapkan shalawat kepada keluargamu?
Beliau menjawab, “Ucapkanlah, Allahumma Shalli ‘ala Muhammad wa aali
Muhammad” (Ya Allah limpahkan shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga
Muhammad).
Rasulullah saw bersabda, “Janganlah
kalian bershalawat kepadaku denngan shalawat yang buntung”. Para sahabat
bertanya, “Bagaimana shalawat yang buntung itu?” beliau menjawab, “Engkau
mengucapkan Allahumma shalli ‘ala Muhammad (Ya Allah limpahkan shalawat
kepada Muhammad) lalu kalian diam. Melainkan ucapkanlah, Allahumma shalli
‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad (Ya Allah limpahkan shalawat kepada
Muhammad dan kepada keluarga Muhammad) [Ibn Hajar meriwayatkan dalam al-Shawa’iq
hal 87][1].
Bershalawat sambil nyanyi pun
dilakukan, bahkan Haddad Alawi yang berfaham Syi’ah yang sangat anti
bershalawat kepada para shahabat Nabi menjadi bintang tamu. Dalam shalawatnya
Alwi tidak pernah menyebut para shahabat Nabi.
Shalawat
sambil menyanyi pun dianggap sebagai pengamalan terhadap perintah bershalawat
kepada nabi yang tertera di dalam surah Al-Ahzab.
Shalawat
kepada nabi Shallallahu alaihi wasallam itu artinya memohon kepada Allah,
berdoa kepada- Nya agar rahmat, kedudukan yang mulia di sisi- Nya dianugerahkan
kepada Nabi Muhammad, Shallallahu alaihi wasallam. Oleh karena shalawat adalah
doa, maka doa harus dilakukan sebagai mana doa lainnya, bukan dengan
bernyanyi…..! Para sahabat Nabi Shallallahu alaihi wasallam, para tabi‘in dan
para pemuka imam Mazhab yang empat yang sudah tidak diragukan kecintaan mereka
kepada nabi Shallallahu alaihi wasallam tidak pernah bershalawat dengan cara
bernyanyi[2].
Hukum Bershalawat Kepada Selain Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam
Pembahasan ini mencakup beberapa hal di antaranya:[
Pertama: Bershalawat kepada para Nabi dan Rasulullah ‘Alaihi
As-shallatu wassallaam. Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:”Seluruh
para Nabi dan Rasul ‘Alaihi As-shallatu wassallaam di doakan dengan
shalawat dan diucapkan salam kepada mereka. (Jalaaul Afham 627). Imam
al-Baihaqi meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
صلوا على
أنبياء اللَّه ورسله فإن اللَّه بعثهم كمابعثني [حديث حسن: صحيح الجامع للألباني
حديث 3782]
“Bershalawatlah kepada para Nabi dan Rasul ‘Alaihi
As-shallatu wassallaam, sesungguhnya Allah telah mengutus mereka
sebagaimana Dia mengutusku.” (hadits hasan. Di kitab Shahih al-Jami, tulisan
Syaikh al-Albani rahimahullah).hadits no:3782)
Kedua: Bershalawat kepada seluruh keluarga Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam dalam artian kita mengucapkan:
اللهم صلِّ
على آل محمد.
“Ya Allah berilah Shalawat kepada keluarga Muhammad.”
Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata:”Keluarga Nabi
diberi ucapan shalawat, dan tidak ada beda pendapat dalam hal ini.”(Jalaaul
Afham: 636)
Faidah: Yang dimaksud keluarga Nabi adalah keluarga dalam
agama dan iman bukan semata-mata karena hubungan darah, karena Abu Lahab dan
Abu Thalib memiliki hubungan darah dengan Nabi akan tetapi keduanya bukan
termasuk keluarga Nabi yang kita harus mengucapkan shalawat untuk mereka.
Wallahu A’lam
Ketiga: Apakah bershalawat kepada keluarga Nabi secara
terpisah/berdiri sendiri? Dalam arti menyebut salah seorang saja di antar
mereka, sperti mengucapkan: “Allahumma Shalli ‘ala ‘Ali bin Abi Thalib,
atau Allahumma Shalli ‘ala Hasan atau Allahumma Shalli ‘ala Husain atau
Allahumma Shalli ‘ala Fathimah dan yang semacamnya. Dan juga apakah
bershalawat terhadap para Sahabat radhiyallahu’anhum dan generasi
setelah mereka?
Imam Nawawi rahimahullah berkata ketika menjawab pertanyaan
tersebut:”Yang benar yang diyakini oleh kebanyakan ulama adalah, hal itu makruh
karena hal itu termasuk kebiasaan ahli bid’ah dan kita telah dilarang dari
kebiasaan mereka.”(al-Adzkar Imam Nawawi 159)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:”Sesungguhnya
Rafidhah (syi’ah) apabila menyebut nama Imam-imamnya, mereka bershalawat kepada
mereka, dan mereka tidak bershalawat kepada orang-orang yang lebih baik dari
imam-imam mereka walaupun orang tersebut lebih baik dan lebih dicintai oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam daripada imam mereka. Maka
hendaklah kaum muslimin menyelisihi mereka dalam kebiasaan ini.”(Jalaaul Afham
640)[3].
Fakta-fakta Syi’ah di Indonesia
TANYA: Ada yang bilang bahwa Syi'ah di Indonesia
itu sebenarnya bukan mazhab baru, tetapi sudah lama. Hanya saja mungkin ia
tidak tersebar luas sebagaimana mazhab Sunni. Bagaimana Kang Jalal melihat
perkembangan Syi'ah di negeri ini?
JAWAB: Ada beberapa teori tentang kedatangan
Syi'ah di Indonesia. Teori pertama merujuk pada masa penyebaran Islam di
Indonesia. Jadi, menurut teori ini, dahulu orang-orang Syi'ah yang
dikejar-kejar oleh penguasa Abbasiyah lari dari Timur Tengah sebelah utara,
yang sekarang mungkin daerah Irak, ke sebelah selatan --dibawah pimpinan
seorang yang bernama Ahmad Muhajir-- sampai ke Yaman. Mereka menghentikan
pelarian di puncak-puncak bukit yang terjal. Kisah ini dimuat dalam beberapa
kitab Syi'ah. Alkisah, pemimpinnya, Ahmad Muhajir, waktu itu mematahkan
pedangnya dan kemudian mengatakan, "Wahai saat ini kita ganti perjuangan
kita dengan pena É"
Kemudian mereka semua secara lahir menganut
mazhab Syafi'i. Mereka bertaqiyyah sebagai pengikut mazhab Syafi'i di daerah
Yaman, Hadramaut. Sehingga di dalam kamus Munjid edisi lama, pada kata
'Hadramaut' ditulis: sukkanuha syi'iyyuna syafi'iyyuna; penduduknya orang-orang
Syi'i yang bermazhab Syafi'i. Saya kira Munjid itu merekam mereka. Dari
Hadramaut inilah menyebar para penyebar Islam yang pertama, khususnya kaum
'Alawiy, orang-orang keturunan Sayyid, atau yang mengklaim sebagai keturunan
Sayyid. Mereka datang ke Indonesia dan menyebarkan Islam. Tetapi ketika mereka
datang ke Indonesia, di luar, mereka Syafi'i, di dalam, mereka Syi'i.
Belakangan ada bukti-bukti lain yang memperkuat
teori ini. Misalnya, pernyataan Abdurrahman Wahid bahwa NU secara kultural
adalah Syi'ah. Hal itu karena tradisi Syafi'i di Indonesia --berbeda dengan
tradisi Syafi'i di negeri-negeri lain-- sangat kental diwarnai tradisi-tradisi
Syi'ah. Ada beberapa shalawat khas Syi'ah yang sampai sekarang masih dijalankan
di pesantren-pesantren. Ada wirid-wirid tertentu yang jelas menyebutkan lima
keturunan Ahlul Bait. Kemudian juga tradisi ziarah kubur, lalu membuat kubah
pada kuburan. Itu semua tradisi Syi'ah. Tradisi itu lahir di sini dalam bentuk
mazhab Syafi'i. Jadi di luarnya Syafi'i di dalamnya Syi'i.
Masih ada juga bukti-bukti ritus khas Syi'ah
--bukan khas Syafi'i-- yang populer di Indonesia. Salah satunya ialah tahlilan
hari ke satu atau keempatpuluh (setelah kematian seseorang) dan juga haul. Itu
tradisi Syi'ah yang tidak dikenal pada mazhab Syafi'i di Mesir. Lalu, di
kalangan NU setiap malam Jum'at sering dibacakan shalawat diba'. Pada shalawat
itu disebutkan seluruh Imam Syi'ah yang dua belas. Dan itu mereka lakukan
setiap malam Jum'at, seperti pembaruan bai'at, kepatuhan pada dua belas Imam.
Untuk memperkuat itu, ada juga kebiasaan
orang-orang Indonesia yang menganut mazhab Syafi'i untuk menghormati
--kadang-kadang secara berlebihan-- keturunan Nabi yang mereka artikan sebagai
Ahlul Bait. Saya sebut secara berlebihan karena menurut orang-orang Syi'ah,
Ahlul Bait itu hanya terbatas kepada dua belas Imam yang ma'shum. Jadi, tidak
semua keturunan Nabi adalah termasuk Ahlul Bait. Mereka juga percaya bahwa
semua Ahlul Bait itu pasti masuk surga, dan mereka tak berdosa. Kepercayaan itu
merata, khususnya pada kalangan Muslim yang awam[4].
[1] http://regularisasiperbedaan.blogspot.com/2011/10/per Senin, 24 Oktober 2011, diunduh pada hari selasa 21 mei
2013, pkl.11:49
[2] http://www.voa-islam.com/news/indonesia/2010/07/08/7907/27-penyimpangan-esq-ary-ginanjar-versi-nahimunkar.com/ Kamis, 08 Jul 2010, diunduh pada hari selasa 21 mei 2013,
pkl.11:49
[3] Makalah thullab di Islamic
Center Bekasihttp://www.ziddu.com/download/19041390/shalawatbadar.rar.html, diunduh pada hari selasa 21 mei 2013, pkl.11:49
[4] Kang Jalal ,Visi
Media, Politik, Dan Pendidikan, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, Cetakan Kedua April 1998 (Hal: 433-460), dari posting
milis is-lam@isnet.org oleh Muhammad
Syafei, diunduh pada hari selasa 21 mei 2013, pkl.11:49.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar