BAHAN PELAJARAN
(BAHPEL)
MADRASAH DINIYAH TAHFIZHUL QUR’AN
(MDTQ) AL-FURQAN
CIBIUK- GARUT
2015-2016
AQIDAH
Rukun
Agama Islam itu ada 3 yaitu: Iman, Islam, dan Ihsan. Iman cenderung kepada
keyakinan atau aqidah, Islam cenderung kepada pengamalan ibadah/ syari’at, dan
Ihsan cenderung kepada akhlaq. Jadi:
-
Jika
hanya percaya adanya Allah (Iman), tapi tidak mau mengikuti syari’at Nabi
(Islam) disebut Musyrik (kafir)
-
Jika
hanya mengikuti syari’at Nabi (Islam), tanpa yakin pada Allah disebut Munafik
(kafir)
-
Jika
hanya percaya dan beribadah (Iman dan Islam), tanpa berakhlak mulia (ihsan) disebut
Fasik (tidak sampai kafir)
فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم :
اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ
اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ
رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً
قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ:
فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ
وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ
وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ
تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ .
Rasulullah
bersabda : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang
disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau
mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu
“, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia
pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku
tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan
engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia
berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku
tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah
seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat
engkau” .(HR.Muslim)
a.
Rukun Iman
Rukun Iman ada
5 yaitu
1) Iman kepada Allah
2) Iman kepada Malaikat Allah
3) Iman kepada Kitab-kitab Allah
4) Iman kepada Rasul-rasul Allah
5) Iman kepada Hari Akhir
6) Iman kepada Qadha dan Qadar
Iman artinya percaya dan yakin.maka, kita harus percaya dan yakin
bahwa Allah itu ada, Malaikat itu ada, Kitab-kitab itu pernah diturunkan,
Rasul-rasul itu benar-benar manusia pilihan Allah yang telah diutusNya, Hari
Akhir itu akan terjadi, dan yakin bahwa Takdir itu telah ditetapkan sehingga
kita hanya bisa bertawakal setelah berusaha.
Iman juga diartikan meyakini dengan hati, mengatakan dengan lisan,
dan melaksanakan dengan anggota badan.
-
Iman
kepada Allah
Beriman pada Allah harus mewujud pada ikrar “la ilaha illallah“
artinya tidak cukup hanya meyakini Allah sebagai Tuhan, tapi harus sampai
meyakini bahwa Allah satu-satunya sesembahan, tidak ada yang lain. Sebab pada
zaman Jahiliyyah, Paman Nabi (Abu Thalib) juga meyakini Allah, tapi ia juga
yakin ada Tuhan-tuhan lain selain Allah. Jadi, Abu Thalib tidak termasuk orang
beriman, tapi kafir dan kekal di neraka.
" فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى
النَّارِ مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ
اللَّهِ "
Sesungguhnya
Allah mengharamkan neraka, bagi orang yang mengatakan “ La ilaha illallah”
sambil berharap wajah Allah (mengharap ridhoNya/ bertemu denganNya).
(HR. Bukhari)
-
Iman
kepada Malaikat
Malaikat itu ada, makhluk ghaib, tidak tertangkap oleh panca
indera, tidak jauh beda dengan cahaya yang hanya bisa dilihat pantulannya saja.
Jumlahnya sangat banyak. Yang shalat di Baitul Ma’mur (di langit) saja ada
70.000 malaikat yang berbeda-beda tiap harinya (Shahih Bukhari, Kitab Shalat,
bab al-Masajid fi Buyut).
Sifat Malaikat: Malaikat tidak berjenis kelamin (ash-Shafat:
149-155), tidak makan dan minum (Hud:70), tidak merasa jemu dan letih dalam
beribadah (al-Anbiya: 20), tidak melakukan dosa (at-Tahrim: 6), gagah dan mulia
(an-Najm:6, Abasa’: 16)
Tugas Malaikat: Menyampaikan wahyu (2: 97, Asu-Syu’ara: 193),
Mengawasi amal manusia (Qaf: 18), Meniup terompet pertanda mulainya kejadian
kiamat (az-Zumar: 68), menjaga neraka (az-Zukhruf: 77), memikul arsy Allah,
bertasbih tiada henti, memohon ampun bagi kaum beriman (40: 7), memberi kabar
gembira dan memperkuat kondisi kaum muslimin (8: 12), menjaga manusia sampai
wafat (6:61).
«خُلِقَتِ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ،
وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ
لَكُمْ»
Malaikat
diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari ujung api yang menyala-nyala, dan
Nabi adam diciptakan dari sesuatu yang disifatkan bagi kalian (tanah). (Shahih Muslim)
-
Iman
kepada Kitab-kitab Allah
لاَ
تُصَدِّقُوا أَهْلَ الكِتَابِ وَلاَ تُكَذِّبُوهُمْ، وَقُولُوا: {آمَنَّا
بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ} [البقرة: 136] الآيَةَ
Janganlah
kalian membenarkan dan jangan pula mendustakan Ahli kitab, tapi katakanlah:
“Kami beriman kepada Allah dan kitab yang diturunkanNya... (Qs. Al-Baqarah:
136)”(HR. Bukhari)
Hadits di atas menjadi dalil bahwa mengimani kitab-kitab sebelum
al-Qur’an (Taurat, Zabur, Injil) bentuknya umum, maksudnya ayat-ayat dalam
kitab-kitab itu jangan dibenarkan dan jangan disalahkan. Tapi hanya cukup
diimani saja bahwa Allah pernah menurunkan kitab-kitab itu.
Ahli kitab adalah penganut agama Yahudi dan Nashrani (kristen) yang
pernah diberi kitab sebelumnya (Qs. 3: 65). Kitab-kitab terdahulu sudah tidak
utuh lagi sekarang, isi kandungannya
telah dirubah-rubah (Qs.4: 46).
-
Iman
kepada Rasul-rasul Allah
الْأَنْبِيَاءُ
إِخْوَةٌ مِنْ عَلَّاتٍ، وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى، وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ، فَلَيْسَ
بَيْنَنَا نَبِيٌّ
Para Nabi itu
adalah saudara dari istri-istri muda dan ibu-ibu mereka berbeda-beda, tapi
agama mereka satu (HR. Muslim)
Nabi
dan rasul adalah seorang laki-laki yang di beri wahyu oleh Allah untuk
disampaikan keapda umatnya. Perbedaan Nabi dan Rasul:
Nabi:
tidak membawa syari’at baru, hanya meneruskan ajaran Nabi sebelumnya.
Sedangkan, Rasul: membawa syari’at baru. Jadi, setiap Rasul adalah Nabi. Tapi
tidak setiap Nabi adalah Rasul.
Jumlah
Nabi ada 124.000 (HR. At-Tabrizi). Sedangkan Rasul ada 315 orang (dalam Kitab
at-Tabrizi, Misykat al-Mashabih), 25 diantaranya disebutkan dalam al-Qur’an.
-
Iman
kepada Hari Akhir
لَا
تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَإِذَا طَلَعَتْ
مِنْ مَغْرِبِهَا آمَنَ النَّاسُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ
Tidak akan
terjadi hari kiamat, sampai matahari terbit dari sebelah barat. Maka ketika
matahari terbit di sebelah barat, semua orang tiba-tiba beriman (HR.
Muslim)
Hari
akhir/ kiamat adalah masa terakhir dari kehidupan amanusia di dunia.di tandai
dengan hancurnya alam semesta, bumi berguncang hebat, gunung-gunung
beterbangan, air laut tsunami di mana-mana, benda-benda langit bertabrakan dan
berjatuhan ke bumi, lalu semua manusia mati.
Peristiwa iamat itu diawali dengan
matahari terbit di barat. Pada saa itu, manusia pasti beriman, meski tentu saja
keimanannya tidak akan bermanfaat, sebab tidak beriman sebelumnya (Qs. 6: 158).
Setelah itu, manusia akan dihidupkan kembali, dihitung amalnya, dan ditentukan
syurga dan nerakanya.
-
Iman
kepada Qadha dan Qadar
لاَ
يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ، حَتَّى يَعْلَمَ
أَنَّ مَا أَصَابَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَهُ، وَأَنَّ مَا أَخْطَأَهُ لَمْ
يَكُنْ لِيُصِيبَهُ.
Tidak
sempurna iman seorang hamba, sampai ia beriman pada takdir yang baik dan yang
buruk, dan yakin bahwa apa yang ditetapkan baginya pasti tiak akan melesat. Dan
apa yang tidak ditetapkan baginya, past tidak akan menimpanya. (HR. Tirmidzi)
Takdir/
Qadar adalah ketetapan Allah. Semua yang trkait kehidupan manusia di dunia
sudah ditetapkan sebelum manusia diciptakan. Maka, apa yang menimpa kita baik
senang, susah, atau lainnya, kita harus yakin itu datang dari Allah. Jika itu
kebaikan, bersyukur. Jika kesedihan, bersabar.
b.
Rukun Islam
Rukun Islam ada
5:
-
Mengucapkan
syahadat
Syahadat
adalah bersaksi seperti bersaksi di pengadilan. Diucapkan sesuai dengan apa
yang ada dalam hatinya dan yang dialaminya. Caranya adalah berani berikrar
bahwa Allah satu-satunya Tuhan dan Nabi Muhammad adalah Rasul Allah. Ikrar itu
harus dikeluarkan dari hati yang tulus dan mewujud pada amal. Jika ada yang
mengaku Tuhan selain Allah berarti kafir ataupun ada yang hanya mengakui Allah
tanpa Rasul.
-
Mendirikan
shalat
Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, إقام الصلاة
artinya memelihara waktu-waktu shalat, menyempurnakan wudhu, rukuk, sujud,
baccaan al-Qur’annya, bacaan tasyahud, dan bacaan shalawat Nabi dalam shalat. Jangan
shalat terburu-buru seperti ayam yang sedang mematuk makanannya. Jadi, cara shalat yang benar adalah mencontoh
shalat Nabi.
إِنَّ
أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ،
فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ
وَخَسِرَ
Shalat adalah amal pertama yang akan
dihisab. Jika shalatnya sudah benar maka ia akan beruntung dan selamat (akan
muncul sifat menghormati Allah dan menghargai semua aturan Allah), jika
shalatnya rusak maka ia celaka dan rugi (maka ia belum bias menghormati Allah
dan senang melanggar semua aturan Allah) (HR. Tirmidzi).
-
Mengeluarkan
zakat
فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ
صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ فِي فُقَرَائِهِمْ
Beritahukanlah pada mereka bahwa allah
telah mewajibkan sedekah/zakat yang diambil dari orang-orang kaya, lalu
berikanlah pada orang fakir (HR.Muslim)
Zakat harus dikeluarkan oleh orang kaya,
untuk dibagikan pada orang fakir (miskin), serta Orang-orang yang berhak mendapat
zakat selainnya.
Zakat Fitrah adalah pembersih dosa-dosa
kita selama Shaum Ramadhan dan untuk berbagi kebahagiaan dengan orang miskin
(HR.Bukhari)
-
Shaum
di bulan Ramadhan
Pahala shaum: diampuni dosa yang telah lalu (setiap
tahun). Syaratnya, harus benar niat karena iman dan mengharap ridha Allah,
bukan malu karena teman atau ingin dibelikan baju lebaran.
Shaum juga bukan hanya menahan haus dan lapar, tapi
juga menjaga perkataan dan perbuatan. Seperti: mencaci, bermusuhan, main lotre,
banyak main sampai melupakan shalat tarawih, tadarrus al- Qur’an, dan belajar
di masjid. Jika seperti itu, Allah tidak butuh dan tidak menerima shaum kita.
-
Pergi
haji ke Baitullah
العُمْرَةُ
إِلَى العُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالحَجُّ المَبْرُورُ لَيْسَ
لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الجَنَّةُ
Satu umrah sampai umrah berikutnya adalah kifarat
untuk dosa yang ada di selang waktu keduanya, sedangkan haji mabrur itu tidak
ada baginya balasan kecuali syurga. (HR. Bukhari)
Mabrur
artinya baik. Haji mabrur adalah haji yang baik, dimulai dari niat harus
betul-betul karena Allah, bukan karena ingin mendaapt panggilan “haji”. Harus
“baik” perbekalannya, baik materi berupa harta yang halal dan bekal mental yaitu
taqwa. Lalu, tata cara hajinya harus “baik” yakni sesuai petunjuk Nabi yakni
sesuai petunjuk Nabi dan meninggalkan perkataan dan perbuatan tercela dan
kotor. Terakhir, setelah pulang haji harus “baik“ juga, yakni baik dalam ibadah
dan akhlaknya di kampungnya. Jika ini diabaikan, maka hajinya tidak mabrur.
c.
Ihsan
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ
كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Jadikanlah diri kita selalu ingat bahwa
Allah selalu mengawasi kita dimanapun dan kapanpun. Seperti: “Ihsan” dalam
shalat, jika kita khusyu’ kita akan seperti berdialog/ curhat denganNya,
mengeluarkan semua keluhan, kesedihan, masalah walau tak bisa melihatnya.
Akhirnya, shalat kita akan benar, jika merasa diawasi Allah bukan karena ingin
dilihat orang lain.
Orang yang sungguh-sungguh dalam mengharap
ridho Allah, bekerja pun tidak ingin dilihat orang, tidak ingin diketahui orang
lain, sampai-sampai tidak pernah mendapat penghargaan atas jasanya karena tidak
ada yang tahu sebenarnya pekerjaan bagus itu adalah hasil karyanya.
Karena “Ihsan” adalah sebuah amalan/akhlak,
jika kita telah terbiasa berbuat Ihsan karena Allah. Maka sifat Ihsan itu bisa
berbuah pada diri kita sendiri. Contoh “Ihsan/akhlak” pada barang-barang kita,
seperti dengan tidak akan meletakkan buku, pakaian, sepatu, kaos kaki dimana
saja seenaknya.
FIQH
Thaharah
1.
Suci
Suci adalah Bebas dari hadats dan najis. Bersuci bahasa arabnya
adalah Thaharah. Thaharah artinya membersihkan hadats dan menghilangkan
najis.
Ketika akan shalat, kita harus membersihkan tubuh, pakaian, dan
tempat shalat kita yang terkena berbagai benda najis dan hadats seperti: air
kencing, kotoran manusia dan hewan, muntah, darah, najis anjing dan babi, serta
bangkai.
Allah memerintahkan kita bersuci, karena Allah tidak menerima orang
yang memiliki hadats dan najis ketika akan beribadah. Maka syarat sah beribadah
adalah bersuci.
مِفْتَاحُ
الصَّلَاةِ الطُّهُورُ، وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ، وَتَحْلِيلُهَا
التَّسْلِيمُ»
“Kunci shalat itu adalah kesucian, yang
mengharamkannya adalah takbir, dan yang menghalalkannya adalah salam” (HR.
Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
2.
Alat
yang dapat Dipakai untuk Bersuci yaitu dengan
air, tanah, dan batu
إنَّ الْمَاءَ
طَهُورٌ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ
"Sesungguhnya air itu adalah alat untuk mensucikan, tak ada
sesuatu pun yang menajiskannya". (HR.Abu Daud, Tirmidzi, dan an-Nasai)
3.
Membersihkan
Hadats
Hadats adalah sesuatu yang keluar dari qubul (anus) dan dubur (alat
kelamin) manusia, sehingga dapat membatalkan wudlu dan tayamum. Hadats dibagi
menjadi 2 macam:
a). Hadats Kecil seperti: kentut, kencing, buang air besar, dan
keluar madzi (air yang keluar dari saluran kencing karena syahwat teransang).
b). Hadats Besar seperti: keluar darah haidl (darah wanita yang
baligh) dan nifas (darah wanita yang melahirkan), jima’ (bersetubuh), dan
ihtilam (mimpi berjima’).
4.
Menghilangkan
Najis
Najis adalah kotoran yang tidak boleh terbawa shalat, baik najis
itu terkena pada badan, pakaian, atau tempat shalat kita. Lawan dari najis
adalah suci.
Najis itu seperti: air kencing, kotoran manusia dan hewan, muntah,
darah haidl dan nifas, najis anjing dan babi, serta bangkai (hewan yang mati
tanpa disembelih). Cara menghilangkan najis adalah dengan dicuci dengan air
atau tanah.
Berwudhu
1.
Arti
Wudlu
Wudlu adalah mencuci dan mengusap anggota badan yang ditentukan
untuk menghilangkan hadats kecil.
2.
Syarat
Sah Wudlu
Agar wudlu kita sah, kita harus memenuhi beberapa syarat wudlu
yaitu: Beragama Islam, Tamyiz (mencapai usia baligh), tidak boleh ada benda yang
dapat menghalangi sampainya air ke kulit (seperti: lilin, cat, getah, kutek,
tato, dan lain-lain), menggunakan air yang suci dan mensucikan, dan melakukan
wudlu dengan berurutan.
3.
Fardlu
Wudlu adalah anggota wudlu yang wajib dicuci dan diusap. Dan anggota
wudlu itu ada 4:
a). Mencuci muka
b). Mencuci tangan sampai sikut
c). Mengusap kepala
d). Mencuci kaki sampai mata kaki
4.
Sunnah
Wudlu
Adalah anggota wudlu yang dianjurkan untuk dicuci/diusap, tapi
tidak wajib. Karena jika melaksanakannya akan mendapat pahala dan jika
meninggalkannya tidak akan disiksa. Sunnah-sunnah dalam wudlu yaitu:
a.
Membaca
basmalah
b.
Mendahulukan
anggota tubuh yang kanan
c.
Mencuci telapak
tangan sampai pergelangan tangan
d.
Menyelat-nyelati
jari tangan dan kaki
e.
Berkumur-kumur
f.
Menghirup air ke
hidung
g.
Menyelat-nyelati
jenggot
h.
Mengulang
setiap gerakan wudlu 3 kali
i.
Menggosok gigi
j.
Membasuh kedua
telinga
k.
Membaca do’a
setelah wudlu
Adab dalam Buang Hajat
1.
Adab-adab
ketika Masuk Kamar Mandi:
a.
Mendahulukan
kaki kiri
b.
Membaca do’a
masuk kamar mandi
2.
Adab
ketika Buang Air:
a.
Tidak boleh
berbicara
b.
Tidak boleh
mencuci kemaluan dengan tangan kanan
c.
Tidak boleh
menghadap kiblat atau membelakangi kiblat ketika buang air ditempat terbuka
d.
Buat
penutup/menutup diri ketika buang air jika ditempat terbuka, agar tidak terlihat
orang
e.
Harus
membersihkan bekas tempat kencing dan kemaluan
f.
Tidak boleh
berdiri ketika buang air besar
g.
Mengurut
kemaluan ketika selesai buang air kecil
h.
Tempat-tempat
yang dilarang untuk buang air
i.
Harus
menyendiri di tempat sunyi
j.
Tidak boleh menyebut nama Allah didalam kamar
mandi
k.
Tidak
buang air di air yang tergenang
DO’A-DO’A
DAN HADITS
Do’a-do’a
1. Do’a Mau Tidur
2. Do’a Bangun Tidur
3. Do’a Masuk WC
4. Do’a Keluar WC
5. Do’a Berpakaian
6. Do’a Bercermin
7. Do’a Mau Makan
8. Do’a setelah Makan
9. Do’a keluar Rumah
10. Do’a Masuk Rumah
11. Do’a Naik Kendaraan
12. Do’a Menjenguk Orang Sakit
Hadits
1.
Hadits Muslim Bersaudara
الْمُسْلِمُ
أَخُو الْمُسْلِمِ
Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim lainnya (HR.Muslim)
Sesama muslim itu bersaudara, walau tidak
sebapak/seibu. Tidak boleh menganiaya contohnya memukul, tidak boleh
mengecewakan contohnya tidak menepati janji, dan menghinanya.
2.
Hadits Larangan Buruk Sangka
إيأكم و الظن
Jauhilah oleh kalian persangkaan (HR. Bukhari dan Muslim)
الظن (Zhan)
atau persangkaan dibagi 2 yaitu: Husnu zhan (baik sangka) dan Su-u
Zhan (buruk sangka). Jika Husnu zhan itu sangat dianjurkan khususnya pada
Allah, Rasul juga manusia. Namun, jika Su-u Zhan adalah perbuatan yang tercela
dan sedusta-dustanya perkataan. Karena apa yang kita sangka terhadap orang atau
sesuatu belum tentu benar dan bisa berdampak akhlak tercela lainnya.
Contoh Su-u zhan jadi syirik: kita
menyangka bahwa “burung” yang terbang ke sebelah kiri akan membawa marabahaya
jiak kita melakukan perjalanan.
Contoh Su-u zhan pada teman kita: asalnya
Su-u zhan→Hasud (tidak ingin orang lain senang)→Tajasus
(mengintai/memata-matai) →Bahattahu (menuduhnya) → Namimah (mengadu domba).
3.
Hadits Larangan Mencela
لَيْسَ
الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ، وَلَا اللَّعَّانِ، وَلَا بِالْفَاحِشِ، وَلَا
بِالْبَذِيءِ
Seorang muslim itu tidak menghina, mengumpat, berkata
kotor, dan berbuat keji. (HR.)
Seorang
pencela akan berakibat buruk baginya, karena ada pergeseran pahala dan dosa
bagi orang yang mencela. Contoh: Jika ada seseorang yang rajin dalam beribadah
(Shaum, shalat wajib dan sunnah, zakat), tapi suka mencela orang. Maka
pahalanya akan berkurang tergantung banyaknya ia mencela. Sampai pada
puncaknya, ia menjadi pencela sejati sampai pahalanya habis, maka gantinya ia
akan memikul dosa-dosa orang yang dicelanya.
4. Hadits Kejujuran
إِنَّ
الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَالْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ
Kejujuran itu menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan
itu menuntun kepada syurga. (HR.Ahmad)
Manusia
tidak akan bisa “Jujur” dalam segala hal, jika masih menghalalkan segala cara
untuk mendapat keuntungan/sesuatu. Contoh: suap-menyuap, para pedagang yang
curang dalam timbangan.
Sebenarnya,
jika kita sudah bisa jujur, kita akan dikenal/dicap/dijuluki orang bahwa kita
adalah orang yang jujur. Bahkan akan dicatat disisi Allah sebagai Shiddiqan
“Orang yang jujur/dapat dipercaya”.
Tapi,
adakalanya terdapat posisi yang mengharuskan kita bohong, seperti: membohongi
istri untuk kebaikan, menipu lawan untuk siasat perang, Amar bin Yasir
berbohong masuk islam kepada kafir Quraisy karena seluruh keluarganya dibunuh
secara sadis.
KISAH
TELADAN
1. Kisah Lukman
2. Kisah Alqamah terhadap Ibunya
3. Kisah Qarun
4. Kisah Habil dan Qabil
5. Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir
6. Kisah kelembutan khalifah Umar bin Khattab pada rakyatnya yang kelaparan