Jumat, 18 Desember 2015

BAHAN PELAJARAN
(BAHPEL)











MADRASAH DINIYAH TAHFIZHUL QUR’AN
(MDTQ) AL-FURQAN
CIBIUK- GARUT

2015-2016


AQIDAH
Rukun Agama Islam itu ada 3 yaitu: Iman, Islam, dan Ihsan. Iman cenderung kepada keyakinan atau aqidah, Islam cenderung kepada pengamalan ibadah/ syari’at, dan Ihsan cenderung kepada akhlaq. Jadi:
-          Jika hanya percaya adanya Allah (Iman), tapi tidak mau mengikuti syari’at Nabi (Islam) disebut Musyrik (kafir)
-          Jika hanya mengikuti syari’at Nabi (Islam), tanpa yakin pada Allah disebut Munafik (kafir)
-          Jika hanya percaya dan beribadah (Iman dan Islam), tanpa berakhlak mulia (ihsan) disebut Fasik (tidak sampai kafir)
فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ   وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ .
Rasulullah bersabda : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang  membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“.  Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” .(HR.Muslim)

a.      Rukun Iman
Rukun Iman ada 5 yaitu
1)  Iman kepada Allah
2)  Iman kepada Malaikat Allah
3)  Iman kepada Kitab-kitab Allah
4)  Iman kepada Rasul-rasul Allah
5)  Iman kepada Hari Akhir
6)  Iman kepada Qadha dan Qadar
Iman artinya percaya dan yakin.maka, kita harus percaya dan yakin bahwa Allah itu ada, Malaikat itu ada, Kitab-kitab itu pernah diturunkan, Rasul-rasul itu benar-benar manusia pilihan Allah yang telah diutusNya, Hari Akhir itu akan terjadi, dan yakin bahwa Takdir itu telah ditetapkan sehingga kita hanya bisa bertawakal setelah berusaha.
Iman juga diartikan meyakini dengan hati, mengatakan dengan lisan, dan melaksanakan dengan anggota badan.
-          Iman kepada Allah
Beriman pada Allah harus mewujud pada ikrar “la ilaha illallah“ artinya tidak cukup hanya meyakini Allah sebagai Tuhan, tapi harus sampai meyakini bahwa Allah satu-satunya sesembahan, tidak ada yang lain. Sebab pada zaman Jahiliyyah, Paman Nabi (Abu Thalib) juga meyakini Allah, tapi ia juga yakin ada Tuhan-tuhan lain selain Allah. Jadi, Abu Thalib tidak termasuk orang beriman, tapi kafir dan kekal di neraka.
" فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ "
Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka, bagi orang yang mengatakan “ La ilaha illallah” sambil berharap wajah Allah (mengharap ridhoNya/ bertemu denganNya). (HR. Bukhari)

-          Iman kepada Malaikat
Malaikat itu ada, makhluk ghaib, tidak tertangkap oleh panca indera, tidak jauh beda dengan cahaya yang hanya bisa dilihat pantulannya saja. Jumlahnya sangat banyak. Yang shalat di Baitul Ma’mur (di langit) saja ada 70.000 malaikat yang berbeda-beda tiap harinya (Shahih Bukhari, Kitab Shalat, bab al-Masajid fi Buyut).
Sifat Malaikat: Malaikat tidak berjenis kelamin (ash-Shafat: 149-155), tidak makan dan minum (Hud:70), tidak merasa jemu dan letih dalam beribadah (al-Anbiya: 20), tidak melakukan dosa (at-Tahrim: 6), gagah dan mulia (an-Najm:6, Abasa’: 16)
Tugas Malaikat: Menyampaikan wahyu (2: 97, Asu-Syu’ara: 193), Mengawasi amal manusia (Qaf: 18), Meniup terompet pertanda mulainya kejadian kiamat (az-Zumar: 68), menjaga neraka (az-Zukhruf: 77), memikul arsy Allah, bertasbih tiada henti, memohon ampun bagi kaum beriman (40: 7), memberi kabar gembira dan memperkuat kondisi kaum muslimin (8: 12), menjaga manusia sampai wafat (6:61).
«خُلِقَتِ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ، وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ»
Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari ujung api yang menyala-nyala, dan Nabi adam diciptakan dari sesuatu yang disifatkan bagi kalian (tanah).  (Shahih Muslim)
-         Iman kepada Kitab-kitab Allah
لاَ تُصَدِّقُوا أَهْلَ الكِتَابِ وَلاَ تُكَذِّبُوهُمْ، وَقُولُوا: {آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ} [البقرة: 136] الآيَةَ
Janganlah kalian membenarkan dan jangan pula mendustakan Ahli kitab, tapi katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kitab yang diturunkanNya... (Qs. Al-Baqarah: 136)”(HR. Bukhari)
Hadits di atas menjadi dalil bahwa mengimani kitab-kitab sebelum al-Qur’an (Taurat, Zabur, Injil) bentuknya umum, maksudnya ayat-ayat dalam kitab-kitab itu jangan dibenarkan dan jangan disalahkan. Tapi hanya cukup diimani saja bahwa Allah pernah menurunkan kitab-kitab itu.
Ahli kitab adalah penganut agama Yahudi dan Nashrani (kristen) yang pernah diberi kitab sebelumnya (Qs. 3: 65). Kitab-kitab terdahulu sudah tidak utuh lagi  sekarang, isi kandungannya telah dirubah-rubah (Qs.4: 46).
-          Iman kepada Rasul-rasul Allah
الْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ مِنْ عَلَّاتٍ، وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى، وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ، فَلَيْسَ بَيْنَنَا نَبِيٌّ
Para Nabi itu adalah saudara dari istri-istri muda dan ibu-ibu mereka berbeda-beda, tapi agama mereka satu (HR. Muslim)
Nabi dan rasul adalah seorang laki-laki yang di beri wahyu oleh Allah untuk disampaikan keapda umatnya. Perbedaan Nabi dan Rasul:
Nabi: tidak membawa syari’at baru, hanya meneruskan ajaran Nabi sebelumnya. Sedangkan, Rasul: membawa syari’at baru. Jadi, setiap Rasul adalah Nabi. Tapi tidak setiap Nabi adalah Rasul.
Jumlah Nabi ada 124.000 (HR. At-Tabrizi). Sedangkan Rasul ada 315 orang (dalam Kitab at-Tabrizi, Misykat al-Mashabih), 25 diantaranya disebutkan dalam al-Qur’an.

-          Iman kepada Hari Akhir
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَإِذَا طَلَعَتْ مِنْ مَغْرِبِهَا آمَنَ النَّاسُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ
Tidak akan terjadi hari kiamat, sampai matahari terbit dari sebelah barat. Maka ketika matahari terbit di sebelah barat, semua orang tiba-tiba beriman (HR. Muslim)
Hari akhir/ kiamat adalah masa terakhir dari kehidupan amanusia di dunia.di tandai dengan hancurnya alam semesta, bumi berguncang hebat, gunung-gunung beterbangan, air laut tsunami di mana-mana, benda-benda langit bertabrakan dan berjatuhan ke bumi, lalu semua manusia mati.
            Peristiwa iamat itu diawali dengan matahari terbit di barat. Pada saa itu, manusia pasti beriman, meski tentu saja keimanannya tidak akan bermanfaat, sebab tidak beriman sebelumnya (Qs. 6: 158). Setelah itu, manusia akan dihidupkan kembali, dihitung amalnya, dan ditentukan syurga dan nerakanya.

-          Iman kepada Qadha dan Qadar
لاَ يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ، حَتَّى يَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَهُ، وَأَنَّ مَا أَخْطَأَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَهُ.
Tidak sempurna iman seorang hamba, sampai ia beriman pada takdir yang baik dan yang buruk, dan yakin bahwa apa yang ditetapkan baginya pasti tiak akan melesat. Dan apa yang tidak ditetapkan baginya, past tidak akan menimpanya. (HR. Tirmidzi)
Takdir/ Qadar adalah ketetapan Allah. Semua yang trkait kehidupan manusia di dunia sudah ditetapkan sebelum manusia diciptakan. Maka, apa yang menimpa kita baik senang, susah, atau lainnya, kita harus yakin itu datang dari Allah. Jika itu kebaikan, bersyukur. Jika kesedihan, bersabar.
b.      Rukun Islam
Rukun Islam ada 5:
-          Mengucapkan syahadat
Syahadat adalah bersaksi seperti bersaksi di pengadilan. Diucapkan sesuai dengan apa yang ada dalam hatinya dan yang dialaminya. Caranya adalah berani berikrar bahwa Allah satu-satunya Tuhan dan Nabi Muhammad adalah Rasul Allah. Ikrar itu harus dikeluarkan dari hati yang tulus dan mewujud pada amal. Jika ada yang mengaku Tuhan selain Allah berarti kafir ataupun ada yang hanya mengakui Allah tanpa Rasul.

-          Mendirikan shalat
Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, إقام الصلاة artinya memelihara waktu-waktu shalat, menyempurnakan wudhu, rukuk, sujud, baccaan al-Qur’annya, bacaan tasyahud, dan bacaan shalawat Nabi dalam shalat. Jangan shalat terburu-buru seperti ayam yang sedang mematuk makanannya. Jadi, cara shalat yang benar adalah mencontoh shalat Nabi.
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ
Shalat adalah amal pertama yang akan dihisab. Jika shalatnya sudah benar maka ia akan beruntung dan selamat (akan muncul sifat menghormati Allah dan menghargai semua aturan Allah), jika shalatnya rusak maka ia celaka dan rugi (maka ia belum bias menghormati Allah dan senang melanggar semua aturan Allah) (HR. Tirmidzi).   
-          Mengeluarkan zakat
فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ فِي فُقَرَائِهِمْ
Beritahukanlah pada mereka bahwa allah telah mewajibkan sedekah/zakat yang diambil dari orang-orang kaya, lalu berikanlah pada orang fakir (HR.Muslim)
Zakat harus dikeluarkan oleh orang kaya, untuk dibagikan pada orang fakir (miskin), serta Orang-orang yang berhak mendapat zakat selainnya.
Zakat Fitrah adalah pembersih dosa-dosa kita selama Shaum Ramadhan dan untuk berbagi kebahagiaan dengan orang miskin (HR.Bukhari)
-          Shaum di bulan Ramadhan
Pahala shaum: diampuni dosa yang telah lalu (setiap tahun). Syaratnya, harus benar niat karena iman dan mengharap ridha Allah, bukan malu karena teman atau ingin dibelikan baju lebaran.
Shaum juga bukan hanya menahan haus dan lapar, tapi juga menjaga perkataan dan perbuatan. Seperti: mencaci, bermusuhan, main lotre, banyak main sampai melupakan shalat tarawih, tadarrus al- Qur’an, dan belajar di masjid. Jika seperti itu, Allah tidak butuh dan tidak menerima shaum kita.

-          Pergi haji ke Baitullah
العُمْرَةُ إِلَى العُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالحَجُّ المَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الجَنَّةُ
Satu umrah sampai umrah berikutnya adalah kifarat untuk dosa yang ada di selang waktu keduanya, sedangkan haji mabrur itu tidak ada baginya balasan kecuali syurga. (HR. Bukhari)
       Mabrur artinya baik. Haji mabrur adalah haji yang baik, dimulai dari niat harus betul-betul karena Allah, bukan karena ingin mendaapt panggilan “haji”. Harus “baik” perbekalannya, baik materi berupa harta yang halal dan bekal mental yaitu taqwa. Lalu, tata cara hajinya harus “baik” yakni sesuai petunjuk Nabi yakni sesuai petunjuk Nabi dan meninggalkan perkataan dan perbuatan tercela dan kotor. Terakhir, setelah pulang haji harus “baik“ juga, yakni baik dalam ibadah dan akhlaknya di kampungnya. Jika ini diabaikan, maka hajinya tidak mabrur.

c.       Ihsan
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Jadikanlah diri kita selalu ingat bahwa Allah selalu mengawasi kita dimanapun dan kapanpun. Seperti: “Ihsan” dalam shalat, jika kita khusyu’ kita akan seperti berdialog/ curhat denganNya, mengeluarkan semua keluhan, kesedihan, masalah walau tak bisa melihatnya. Akhirnya, shalat kita akan benar, jika merasa diawasi Allah bukan karena ingin dilihat orang lain.
Orang yang sungguh-sungguh dalam mengharap ridho Allah, bekerja pun tidak ingin dilihat orang, tidak ingin diketahui orang lain, sampai-sampai tidak pernah mendapat penghargaan atas jasanya karena tidak ada yang tahu sebenarnya pekerjaan bagus itu adalah hasil karyanya.
Karena “Ihsan” adalah sebuah amalan/akhlak, jika kita telah terbiasa berbuat Ihsan karena Allah. Maka sifat Ihsan itu bisa berbuah pada diri kita sendiri. Contoh “Ihsan/akhlak” pada barang-barang kita, seperti dengan tidak akan meletakkan buku, pakaian, sepatu, kaos kaki dimana saja seenaknya.          





















FIQH
Thaharah
1.      Suci
Suci adalah Bebas dari hadats dan najis. Bersuci bahasa arabnya adalah Thaharah. Thaharah artinya membersihkan hadats dan menghilangkan najis.
Ketika akan shalat, kita harus membersihkan tubuh, pakaian, dan tempat shalat kita yang terkena berbagai benda najis dan hadats seperti: air kencing, kotoran manusia dan hewan, muntah, darah, najis anjing dan babi, serta bangkai.
Allah memerintahkan kita bersuci, karena Allah tidak menerima orang yang memiliki hadats dan najis ketika akan beribadah. Maka syarat sah beribadah adalah bersuci.
مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ، وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ، وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ»
     “Kunci shalat itu adalah kesucian, yang mengharamkannya adalah takbir, dan yang menghalalkannya adalah salam” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

2.      Alat yang dapat Dipakai untuk Bersuci yaitu dengan air, tanah, dan batu
إنَّ الْمَاءَ طَهُورٌ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ
    "Sesungguhnya air itu adalah alat untuk mensucikan, tak ada sesuatu pun yang menajiskannya". (HR.Abu Daud, Tirmidzi, dan an-Nasai)
3.      Membersihkan Hadats
Hadats adalah sesuatu yang keluar dari qubul (anus) dan dubur (alat kelamin) manusia, sehingga dapat membatalkan wudlu dan tayamum. Hadats dibagi menjadi 2 macam:
a). Hadats Kecil seperti: kentut, kencing, buang air besar, dan keluar madzi (air yang keluar dari saluran kencing karena syahwat teransang).
b). Hadats Besar seperti: keluar darah haidl (darah wanita yang baligh) dan nifas (darah wanita yang melahirkan), jima’ (bersetubuh), dan ihtilam (mimpi berjima’).
4.      Menghilangkan Najis
Najis adalah kotoran yang tidak boleh terbawa shalat, baik najis itu terkena pada badan, pakaian, atau tempat shalat kita. Lawan dari najis adalah suci.
Najis itu seperti: air kencing, kotoran manusia dan hewan, muntah, darah haidl dan nifas, najis anjing dan babi, serta bangkai (hewan yang mati tanpa disembelih). Cara menghilangkan najis adalah dengan dicuci dengan air atau tanah.
Berwudhu
1.      Arti Wudlu
Wudlu adalah mencuci dan mengusap anggota badan yang ditentukan untuk menghilangkan hadats kecil.

2.      Syarat Sah Wudlu
Agar wudlu kita sah, kita harus memenuhi beberapa syarat wudlu yaitu: Beragama Islam, Tamyiz (mencapai usia baligh), tidak boleh ada benda yang dapat menghalangi sampainya air ke kulit (seperti: lilin, cat, getah, kutek, tato, dan lain-lain), menggunakan air yang suci dan mensucikan, dan melakukan wudlu dengan berurutan.
3.      Fardlu Wudlu adalah anggota wudlu yang wajib dicuci dan diusap. Dan anggota wudlu itu ada 4:
a). Mencuci muka
b). Mencuci tangan sampai sikut
c). Mengusap kepala
d). Mencuci kaki sampai mata kaki
4.      Sunnah Wudlu
Adalah anggota wudlu yang dianjurkan untuk dicuci/diusap, tapi tidak wajib. Karena jika melaksanakannya akan mendapat pahala dan jika meninggalkannya tidak akan disiksa. Sunnah-sunnah dalam wudlu yaitu:
a.       Membaca basmalah
b.      Mendahulukan anggota tubuh yang kanan
c.       Mencuci telapak tangan sampai pergelangan tangan
d.      Menyelat-nyelati jari tangan dan kaki
e.       Berkumur-kumur
f.       Menghirup air ke hidung
g.      Menyelat-nyelati jenggot
h.      Mengulang setiap gerakan wudlu 3 kali
i.        Menggosok gigi
j.        Membasuh kedua telinga
k.      Membaca do’a setelah wudlu
Adab dalam Buang Hajat
1.      Adab-adab ketika Masuk Kamar Mandi:
a.       Mendahulukan kaki kiri
b.      Membaca do’a masuk kamar mandi
2.      Adab ketika Buang Air:
a.       Tidak boleh berbicara
b.      Tidak boleh mencuci kemaluan dengan tangan kanan
c.       Tidak boleh menghadap kiblat atau membelakangi kiblat ketika buang air ditempat terbuka
d.      Buat penutup/menutup diri ketika buang air jika ditempat terbuka, agar tidak terlihat orang
e.       Harus membersihkan bekas tempat kencing dan kemaluan
f.       Tidak boleh berdiri ketika buang air besar
g.      Mengurut kemaluan ketika selesai buang air kecil
h.      Tempat-tempat yang dilarang untuk buang air
i.        Harus menyendiri di tempat sunyi
j.        Tidak boleh menyebut nama Allah didalam kamar mandi
k.      Tidak buang air di air yang tergenang
DO’A-DO’A DAN HADITS
Do’a-do’a
1.    Do’a Mau Tidur
2.    Do’a Bangun Tidur
3.    Do’a Masuk WC
4.    Do’a Keluar WC
5.    Do’a Berpakaian
6.    Do’a Bercermin
7.    Do’a Mau Makan
8.    Do’a setelah Makan
9.    Do’a keluar Rumah
10.    Do’a Masuk Rumah
11.    Do’a Naik Kendaraan
12.    Do’a Menjenguk Orang Sakit

Hadits
1.        Hadits Muslim Bersaudara
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ
Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim lainnya (HR.Muslim)
Sesama muslim itu bersaudara, walau tidak sebapak/seibu. Tidak boleh menganiaya contohnya memukul, tidak boleh mengecewakan contohnya tidak menepati janji, dan menghinanya.

2.        Hadits Larangan Buruk Sangka
إيأكم و الظن
Jauhilah oleh kalian persangkaan (HR. Bukhari dan Muslim)
الظن  (Zhan) atau persangkaan dibagi 2 yaitu: Husnu zhan (baik sangka) dan Su-u Zhan (buruk sangka). Jika Husnu zhan itu sangat dianjurkan khususnya pada Allah, Rasul juga manusia. Namun, jika Su-u Zhan adalah perbuatan yang tercela dan sedusta-dustanya perkataan. Karena apa yang kita sangka terhadap orang atau sesuatu belum tentu benar dan bisa berdampak akhlak tercela lainnya.
Contoh Su-u zhan jadi syirik: kita menyangka bahwa “burung” yang terbang ke sebelah kiri akan membawa marabahaya jiak kita melakukan perjalanan.
Contoh Su-u zhan pada teman kita: asalnya Su-u zhan→Hasud (tidak ingin orang lain senang)→Tajasus (mengintai/memata-matai) →Bahattahu (menuduhnya) →  Namimah (mengadu domba).

3.        Hadits Larangan Mencela
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ، وَلَا اللَّعَّانِ، وَلَا بِالْفَاحِشِ، وَلَا بِالْبَذِيءِ
Seorang muslim itu tidak menghina, mengumpat, berkata kotor, dan berbuat keji. (HR.)
       Seorang pencela akan berakibat buruk baginya, karena ada pergeseran pahala dan dosa bagi orang yang mencela. Contoh: Jika ada seseorang yang rajin dalam beribadah (Shaum, shalat wajib dan sunnah, zakat), tapi suka mencela orang. Maka pahalanya akan berkurang tergantung banyaknya ia mencela. Sampai pada puncaknya, ia menjadi pencela sejati sampai pahalanya habis, maka gantinya ia akan memikul dosa-dosa orang yang dicelanya.

4.    Hadits Kejujuran
إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَالْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ
Kejujuran itu menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu menuntun kepada syurga. (HR.Ahmad)
     Manusia tidak akan bisa “Jujur” dalam segala hal, jika masih menghalalkan segala cara untuk mendapat keuntungan/sesuatu. Contoh: suap-menyuap, para pedagang yang curang dalam timbangan.
     Sebenarnya, jika kita sudah bisa jujur, kita akan dikenal/dicap/dijuluki orang bahwa kita adalah orang yang jujur. Bahkan akan dicatat disisi Allah sebagai Shiddiqan “Orang yang jujur/dapat dipercaya”.
     Tapi, adakalanya terdapat posisi yang mengharuskan kita bohong, seperti: membohongi istri untuk kebaikan, menipu lawan untuk siasat perang, Amar bin Yasir berbohong masuk islam kepada kafir Quraisy karena seluruh keluarganya dibunuh secara sadis.

KISAH TELADAN
1.    Kisah Lukman
2.    Kisah Alqamah terhadap Ibunya
3.    Kisah Qarun
4.    Kisah Habil dan Qabil
5.    Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir
6.    Kisah kelembutan khalifah Umar bin Khattab pada rakyatnya yang kelaparan